PSIKOTERAPI
A. Pengertian Psikoterapi
Secara etimologis psikoterapi memiliki arti yang sederhana yang terdiri dari “psyche” yang artinya jelas yaitu mind yang secara sederhana artinya jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti merawat atau mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan.
Menurut Corsini, psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berpikir), fungsi afektif (kehidupan emosi yang tidak menyenangkan), atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
Menurut Corey psikoterapi perlu mempertimbangkan tiga karakteristik dari sebuah terapi yang meliputi:
- Proses, yang melibatkan interaksi dua pihak formal, professional, legal, dan etis
- Tujuan terapi, yakni perubahan kondisi psikologis individu menjadi pribadi yang positif
- Tindakan terapi, yang berdasarkan ilmu (teori), teknik, dan kemampuan yang formal.
B. Tujuan Psikoterapi
Dibawah ini beberapa tujuan psikoterapi menurut Corey dengan beberapa pendekatan :
1. Psikoanalis
Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
2. Pendekatan terpusat pada pribadi
Untuk memberikan suasana aman, bebas agar klien mengeksplorasi diri dengan enak sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bias mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya terolak atau terhambat. Untuk memungkinkannya berkembang kearah keterbukaan, memperkuat kepercayaan diri, kemauan melakukan sesuatu, meningkatkan spontanitas dan kesegaran dalam hidupnya.
3. Terapi eksistensialistik
Untuk membantu seseorang mengetahui bahwa ia punya kebebasan dan menyadari akan kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki. Untuk merangsang mereka mengenali bahwa mereka bertanggung jawab terhadap kejadian-kejadian yang mereka piker terjadi pada mereka sebelumnya dan untuk mengidentifikasikan factor-faktor yang menghambat kebebasan.
4. Terapi perilaku
Untuk menghilangkan perilaku maladaptive dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif. Memusatkan pada factor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan mencari apa yang dapat dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan aktif dalam menyusun tujuan terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bias tercapai.
5. Kognitif-behavioristik dan rasional-emotif
Menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yag menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dan toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya.
6. Terapi gestalt
Membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawabdari dorongan yang ada didunia didalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari luar.
7. Terapi realitas
Untuk membantu seseorang untuk lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa seberapa jauh tindakannya berhasil.
C. Unsur Psikoterapi
1. Peran sosial (martabat)
2. Hubungan psikoterapeutik
Seorang terapis mendengarkan dengan penuh perhatian. Kemudian terapis menyampaikan pemahamannya terhadap klien atau bertindak untuk menghilangkan penderitaan klien pada saat yang tepat.
3. Psikoterapi sebagai kesempatan untuk belajar kembali
Menurut Korchin kepercayaan terhadap tindakan terapis sangat dibutuhkan agar menghasilkan kondisi-kondisi untuk belajar kembali. Seorang klien memberi kepercayaan bersama dengan ketidakpuasan dan keinginan untuk berubah.
4. Motivasi, kepercayaan dan harapan
Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam psikoterapi. Klien mengetahui bahwa dirinya dapat mepercayai otoritas terapis. Dan dirinya akan diperlakukan dengan penuh hormat, oleh karena itu klien dapat mengungkapkan pikirannya secara terbuka tanpa adanya penolakan. Sedangkan harapan dan ketakutan dapat sesekali menyelimuti klien ketika hendak melakukan psikoterapi.
5. Hak
6. Retrospeksi
7. Reduksi
8. Rehabilitasi
D. Perbedaan antara psikoterapi dengan konseling
Salah satu ahli yang berupaya membedakan antara konseling dengan psikoterapi adalah Raymond J Corsini hanya dari kuantitas kegiatannya bukan pada kualitas pekerjaanya.
Proses
|
Konseling (%)
|
Psikoterapi (%)
|
Mendengar
|
20
|
60
|
Bertanya
|
15
|
10
|
Mengevaluasi
|
5
|
5
|
Interpretasi
|
1
|
3
|
Men-support
|
5
|
10
|
Menjelaskan
|
15
|
5
|
Informasi
|
20
|
3
|
Menasehati
|
10
|
3
|
Mengatur
|
9
|
1
|
Sedangkan menurut pendapat para ahli itu bisa diringkas dalam table Supriyadi menyebutkan bahwa konseling dan psikoterapi dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu berdasarkan (1) tujuan, (2) klien, konselor dan penyelenggaranya dan (3) metode.
KONSELING
|
PSIKOTERAPI
| |
Tujuan
|
Membantu klien menghadapi tugas tugas perkembangan
Upaya pencegahan agar penyimpanngan yang terjadi tidak merusak dirinya
Bersangkut paut dengan pendidikan, pekerjaan atau karir
(Hahn & Mac Lean)
|
Penyembuhan
Masalah kepribdaian dan pengambilan keputusan
|
Usaha mengatasi klien dengan gangguan kecemasan biasa (normal anxiety) (Mowrer 1953)
|
Mengatasi neurotic anxiety
| |
Bantuan kepada klien agar menumbuhkan identitas (Tyler:1961)
|
Melakukan perubahan pada struktur dasar kepribadian
| |
Berhubungan dengan perilaku yang berkaitan dengan perannya
|
Berhubungan dengan konflik internal klien
| |
Suportive dan re-education (Wolberg)
|
Merekonstruksi kepribadian seseorang (reconstructive)
| |
Terkait dengan hal hal yang mempengaruhi perkembangan seseorang dan membawa seseorang pada situasi adekuat sesuai dengan perannya (Steffle & Grant 1972)
|
Usaha untuk mengubah struktur kepribadian
| |
Developmental, educative, preventive (Blocher: 1966)
|
Remiditive, adjustive, therapeutic
| |
Klien, Konselor dan Penyelenggara
|
Menghadapi klien yang normal (Paterson 1973) Pallone (1977)
Klien tidak digolongkan sebagai orang yang berpenyakit jiwa, tetapi orang yang bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya.
Memusatkan perubahan tingkah laku tidak hanya pengertian
|
Menghadapi pasien neurosis atau psikosis
|
Metode
|
Diawali dengan rapport
|
Diawali dengan rapport
|
Berhubungan dengan kesadaran
|
Berhubungan dengan kesembuhan
| |
Lingkungan pendidikan dan non medis
|
Lingkungan medis
| |
Berhubungan dengan kesadaran
|
Berhubungan dengan ketidak sadaran
| |
Metode pendidikan
|
Metode pendidikan
|
E. Pendekatan mental illness
1.Terapi Psikoanalitik
Figur utama: Sigmund Freud, Figur-figur lain: Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney, Erikson.
Pendekatan Freud psikoterapi harus dibicarakan ketika datang untuk mengobati kesehatan mental. Dia adalah orang pertama yang menemukan bahwa pasien membaik jika mereka berbicara dengan seorang terapis. Freud juga yang pertama kali mengembangkan teknik yang unik berbicara dalam psikoterapi dan teknik ini dikenal sebagai asosiasi bebas. Dengan menggunakan teknik asosiasi bebas selama sesi psikoterapi, Freud dapat memulihkan kenangan lama terlupakan ditawan dalam pasien dan Freud percaya bahwa banyak dari kenangan ini adalah akibat dari gejala psikiatri yang dialami oleh pasien.
Pendekatan Freud psikoterapi menunjukkan bahwa seorang pasien dapat ditolong jika terapis mendengarkan dan ikut terlibat dalam apa yang dikatakan pasien. Ini benar-benar berlawanan dengan seorang terapis yang mendengarkan pasien dan menghabiskan sesi mencatat. Saat ini banyak penelitian telah menunjukkan bahwa jika terapis yang aktif, empatik dan melibatkan diri selama sesi psikoterapi, hal ini sangat bermanfaat bagi pasien kesehatan mental dan pemulihan kemungkinan lebih tinggi.
Pendekatan Freud psikoterapi membuka pintu dan banyak terapis percaya dalam cara merawat pasien. Meskipun psikoterapi telah berevolusi dan berubah sejak Freud waktu, ada beberapa dasar terapis yang masih percaya dalam menggunakan pendekatan Freud karena membantu pasien mereka memenuhi tujuan mereka.
2. Terapi Eksistensial Huamnistik
Figur-figur utama: May, Maslow, Frankl, Jourard. ‘Kekuatan ketiga ‘ dalam psikologi ini dikembangkan sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme yang dianggap tidak berlaku adil dalam mempelajari manusia.
3. Terapi Client-Centered
Pendiri: Carl Rogers. Semula adalah pendekatan nondirektif yang dikembangkan pada tahun 1940-an sebagai reaksi melawan pendekatan psikoanalitik. Berlandaskan pada pandangan subjektif atas pengalaman manusia, terapi clien-entered menaruh kepercayaan dan meminta tanggung jawab yang lain besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan.
4. Terapi Gestalt
Pendiri: Fritz Perls. Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekankan kesadaran dan intergarsi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegarsikan fungsi jiwa dan badan.
5. Terapi Tarnsaksional
Pendiri: Eric Berne. Suatu model terapi kontemporer yang cndrung kea rah aspek-aspek kognitif dan behavioral, dan dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.
6. Terapi Tingkah Laku
Tokoh-tokoh utama: Wolpe, Eysenck, Lazarus, Salter. Suatu model terapi yang merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar pada penyelesaian gangguan-gangguan tingkah laku yang spesifik. Hasil-hasilnya merupakan bahan bagi eksperimentasi lebih lanjut. Terapi tingkah laku secara sinambung berada dalam proses penyempurnaan.
7. Terapi Rasional-Emotif
Pendiri: Albert Ellis. Suatu model terapi yang sangat menekankn peranan pemikiran dan sistem –sistem kepercayaan sebagai akar masalah-masalah pribadi.
8. Terapi Realitas
Pendiri: William Glasser. Suatu model terapi yang dikembangkan sebagai reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang focus pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya merupakan jalan di mana para klien bias belajar mencapai keberhasilan.
F. Bentuk utama terapi
1 Psikoterapi Suportif:
Tujuan:
- Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
- Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
- Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2 Psikoterapi Reedukatif:
Tujuan:
Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
3. Psikoterapi Rekonstruktif:
Tujuan :
Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
Daftar Pustaka :
Corey, Gerald. (2009). Konseling dan Psikoterapi. PT Refika Aditama
Corsini, R.J. &Wedding, D. (2011). Current Psychotherapies. Edisi 9. Belmont: Brooks/Cole
Supriyadi T, Indrawati E (2005). Psikologi Konseling, Semarang : Antari Cipta Sejati
Singgih D. Gunarsa. (2004). Konseling dan Psikoterapi .Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia.
Rita L. Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi, Terjemahan: Widjayakusuma “Introduction to Psychology” . Batam: Interaksara.